Rabu, 18 Desember 2013

Penetapan Kadar Karbohidrat Dalam Sampel Mie

Kadar Karbohidrat

Laporan Lengkap

Nama                  : Fitriyansari Nur

NIS                    : 114652


Kelas                  : III C


Kelompok           : C1.3


Tanggal Mulai      : 04 November 2013


Tanggal Selesai    : 04 November 2013


Judul Penetapan   : Kadar Karbohidrat dalam Sample Mie


Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui kadar karbohidrat dalam sample mie.


Dasar Prinsip        :  Prinsip kerja cara ini adalah hidrolisis pati oleh asam menjadi

                               gula pereduksi. Pada penetapan cara Luff, dipakai pereduksi garam Cu
                               kompleks, dimana glukosa yang bersifat pereduksi akan mereduksi
                               Cu2+ menjadi Cu+ atau CuO direduksi menjadi Cu2O yang berwarna
                               merah bata. Kemudian kelebihan CuO ditetapkan dengam cara iodometri.
                               Dengan menetapkan blanko, maka volume (ml) tio yang dibutuhkan
                               untuk menitar kelebihan Cu2+ dapat diketahui. Selisih volume tio
                               blanko-sample setara dengam jumlah mg glukosa yang terdapat dalam sampel.

Reaksi                  :
                                        (C6H10O5)n + nH2O                 nC6H12O6
                                         C6H12O6 + 2CuO                    Cu2O + C5H11O5 + COOH
                                    sisa CuO + 2KI + H2SO4               CuI2 + K2SO4 + H2O
                                           CuI2                                       Cu2I2 + I2
                                          I2 + Na2S2O3                         2NaI + Na2S4O6
Landasan Teori     :
Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa ini dibentuk melaui proses fotosintesis antara air (H2O) dengan karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinra matahari (UV) menghasilkan senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n.
Ada banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan, farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan kegunaan itu ialah sebagai sumber kalori atau energi, sebagai bahan pemanis dan pengawet, sebagai bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan penstabil, sebagai sumber flavor (karamel), dan sebagai sumber serat bagi makhluk hidup.
Karbohidrat adalah sumber energi utama bagi tubuh manusia. Manusia memenuhi kebutuhan karbohidrat setiap harinya dari makanan pokok yang dikonsumsi, seperti dari beras, jagung, sagu, ubi, dan lain sebagainya. Akan tetapi bukan berarti karbohidrat hanya terdapat pada golongan bahan makanan yang telah disebutkan di atas, pada golongan buah dan beberapa jenis sayur dan kacang- kacangan juga terdapat kandungan karbohidrat meskipun kandungannya tidak sebanyak golongan serealia dan umbi (Apriyanto, 1999).
Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Untuk dapat mengetahui kandungan karbohidrat dalam suatu bahan makanan dapat dilakukan berbagai macam uji kuantitatif. Pada praktikum kali ini metode analisa kuantitatif karbohidrat yang dilakukan adalah metode Luff Schoorl. 
Karbohidrat secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Karbohidrat yang terasuk ke dalam kelompok yang dapat dicerna adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan pati.
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.
Gula reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. monosakarida yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif. Prinsip analisanya berdasarkan pada monosakarida yang memiliki kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Adanya polimerisasi monosakarida mempengaruhi sifat mereduksinya.
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan karboohidrat melalui penetapan kadar gula reduksi dengan metode Penentuan gula reduksi dengan metode Luff-Schoorl ditentukan bukan kuprooksidanya yang mengendap tetapi dengan menentukan kuprooksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan gula reduksi sesudah reaksi dengan sample gula reduksi yang dititrasi dengan Na-Thiosulfat. Selisihnya merupaka kadar gula reduksi. Reaksi yang terjadi selama penentuan karbohidrat dengan cara Luff-Schoorl adalah mula-mula kuprooksida yang ada dalam reagen akan membebaskan Iod dari garam KI. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan Na-Thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka diperlukan indicator amilum. Apabila larutan berubah warna dari biru menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Selisih banyaknya titrasi blanko dan sample dan setelah disesuaikan dengan tabel yang menggambarkan hubungan banyaknya Na-Thiosulfat dengan banyaknya gula reduksi (Khopkar, 1999).
Karbohidrat dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan oligosakarida, polimer. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3.
Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Rivai, 2005).
Metode Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan menggunakan prosedur Lae-Eynon.
Inversi sukrosa menghasilkan gula invert atau gula reduksi (glukosa dan fruktosa). Gula invert akan mengkatalisis proses inversi sehingga kehilangan gula akan berjalan dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk. Dalam kuswurj (2008) laju inersi sukrosa akan semakin besar pada kondisi pH rendah dan temperatur tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan temperatur rendah. Laju inversi yang paling cepat adalah pada kondisi pH asam (pH 5).
Penentuan kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat dilakukan untuk menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu metode yang paling mudah pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal adalah metode Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl merupakan metode yang digunakan untuk menentukan kandungan gula dalam sampel.
Metode ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang diperoleh dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa alkaline pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan (II)-hidroksin dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun dengan penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi dengan sodium hidroksida (Rivai, 2005).
Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens (Apriyanto et al 1989). Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktrometri maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-lain).
Hasil analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar masing-masing dari gula pereduksi penyusun madu dapat dilakukan dengan menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCTK). Metode ini mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan pada senyawa dengan bobot molekul besar dan dapat dipakai untuk senyawa yang tidak tahan panas.
Pengukuran karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl ini didasarkan pada reaksi antara monosakarida dengan larutan cupper. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator (Underwood, 1996).
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.
Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2akan membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka penambahan amilum sebelum titik ekivalen.
Gugus hidroksil yang relative pada glukosa terletak pada C-1 sedangkan fruktosa pada C-2. Sakarosa tidak mempunyai gugus –OH bebas yang relative,karena keduanya saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH bebas atom C-1 pada gugus glukosanya, sehingga laktosa bersifat pereduksi sedangkan sakarosa nonpereduksi. Inversi sakarosa terjadi dalm suasana asam,gula inverse ini tidak dapat berbentuk Kristal karena kelarutan fruktosa dan glukosa  (Poedjiadi, 2007).

Alat dan Bahan     :

Alat                                : - Erlenmeyer
                                        - Pipet volum 25 ml
                                        - Pendingin tegak
                                        - Hot plate
                                        - Labu ukur 250 ml
                                        - Pipet tetes
                                        - Kertas saring
                                        - Pipet volume 10 ml
                                        - Buret
                                        - Pipet tetes
                                        - Corong

Bahan                            : - Sampel mi instan
                                       - HCl 3%
                                       - NaOH 3,25%
                                       - Indikator PP
                                       - Aquadest
                                       - Luff
                                       - KI 30%
                                       - H2SO4 25%
                                       - Tio 0,1 N
                                       - Indikator kanji

Cara Kerja           :

  1. Ditimbang sampel sebanyak 3,0069 gram ke dalam erlenmeyer
  2. Ditambahkan 25 ml HCl 3 %
  3. Dididihkan selama 1,5 jam dengan pendingin tegak
  4. Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml
  5. Dinetralkan dengan NaOH 3,25 % (indikator PP)
  6. Dihimpitkan hingga 250 ml
  7. Disaring, lalu diambil filtratnya
  8. Dipipet sebanyak 10 ml (filtrat) ke dalam erlenmeyer asah
  9. Ditambahkan 25 ml Luff dan 15 ml H2O
  10. Dididihkan selama 10 menit dengan pendingin tegak lalu didinginkan
  11. Ditambahkan KI 30% sebanyak 10 ml dan 25 ml H2SO4 25%
  12. Dititrasi dengan tio 0,1 N terstandarisasi dengan indikator kanji
  13. Dibandingkan terhadap blanko

Pengamatan          :
- Bobot sample                = 3,0111 g  = 3011,1 mg
- Volume Penitar Blanko  = 22,90 ml
- Volume Penitar Sample  = 13,5 ml
- N Tio                             = 0,0922 N

Perhitungan      :
I.  Vt = Vt blanko - Vt sample
         = 22,90 ml - 13,5 ml
         = 9,4 ml
II.  Konversi mg glukosa menurut luff / ml dalam 0,1000 N tio
     9,4 ml = 9 ml = 22,4 mg 
    0,4 ml = 0,4 x 2,6 mg = 1,04 mg 
22,4 mg + 1,04 mg = 23,44 mg
              = 23,44mg x 0,0922
                            0,1


III.
= 21,61 mg




                                  
 
 Kesimpulan          :
Dari hasil perhitungan dapat di simpulkan bahwa kadar karbohidrat dalam sample mie adalah 17,94 %
Daftar Pustaka      :


http://indhpsari.blogspot.com/2013/06/analisa-karbohidrat-glukosa-metode-luff.html

Kamis, 12 Desember 2013

Penetapan kadar eugenol dalam minyak cengkeh


Penetapan kadar eugenol dalam minyak cengkeh


Nama                      : Fitriyansari Nur


NIS                          : 114652


Kelas                      : 3C


Kelompok              : C1.3


Tanggal mulai        : 21 Oktober 2013


Tanggal selesai     : 22 Oktober 2013


Judul penetapan   : Kadar eugenol dalam minyak cengkeh


Tujuan penetapan : Untuk mengetahui kadar eugenol dalam minyak cengkeh


Dasar prinsip      : Eugenol sebagai molekul terpen dalam sampel asam lemak atau minyak   (saponifikasi) akan terpisah dari campuran dan dapat ditentukan kadar eugenol


Reaksi                   :  

 


  

Landasan teori     :
 

TANAMAN CENGKEH



Tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum), termasuk dalam family Myrtaceae. Daunnya bundar telur sungsang, dan daun yang masih muda berwarna merah jambu kekuning-kuningan, buahnya berupa buni, berbentuk lonjong, dan berwarna merah tua

 
Cengkeh merupakan tanaman tropis berakar tunggang, bercabang dan kuat. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 meter dan dapat mencapai umur sampai lebih dari 100 tahun, mempunyai daun berbentuk lonjong yang berbunga pada pucuk-pucuknya. Tangkai buah pada awalnya berwarna hijau, dan berwarna merah jika bunga sudah mekar. Cengkeh akan dipanen jika sudah mencapai panjang 1,5 - 2 cm (Anonim, 2002).Tanaman cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri yang cukup tinggi. Setiap bagian pohon mengandung minyak, mulai dari bunga, daun, gagang hingga akar. Kandungan minyak cengkeh pada tanaman cengkeh bervariasi jumlahnya, namun yang tertinggi terdapat pada bagian bunga yaitu sekitar 14 – 21%, sedangkan pada gagang cengkeh yaitu sekitar 5 – 6% (Guenther, 1987).Semua bagian dari tanaman cengkeh mempunyai kandungan yang relatif sama, yang berbeda hanya jumlahnya saja. Di bawah ini Tabel yang menunjukkan sifat atau karakteristik dari minyak gagang cengkeh.

 


2.2. MINYAK CENGKEH



2.2.1. Komposisi Kimia

Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum). Minyak atsiri ini dapat diperoleh dari bunga, gagang, dan daun tanaman cengkeh. Kualitas minyaknya dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol. Kadar eugenol dalam minyak cengkeh dipengaruhi oleh asal minyaknya. Kadar terbanyak dan kualitas yang baik dapat dihasilkan oleh minyak yang diperoleh dari bunga dan gagang cengkeh. Kualitas minyak daun cengkeh hanya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan minyak bunga atau gagang cengkeh (Aksan, 2007). Perbandingan kadar eugenol dalam minyak cengkeh berdasarkan asalnya, tersaji pada Tabel 3.
 

Kandungan minyak cengkeh pada bagian tanaman tersebut bervariasi jumlahnya. Bunga mengandung sekitar 20% minyak, sedangkan bagian gagang dan daun sekitar 4-6% minyak (Guenther, 1990). Selain itu, kandungan minyak saat ekstraksi dipengaruhi oleh lamanya proses penyulingan (Zulchi dan Aisni, 2002).Minyak atsiri dalam bunga dan gagang cengkeh mengandung eugenol dan kariofilen, yang merupakan komponen kimia yang memberikan rasa getir dan bau pedas dari cengkeh. Di bawah ini merupakan Tabel perbandingan komposisi kimia bunga dan gagang cengkeh.
Pada umumnya minyak cengkeh terdiri dari campuran berbagai persenyawaan kimia, yaitu:

a. Eugenol [CH2=CHCH2C6H3(OCH3)OH)]

Eugenol merupakan persenyawaan kimia yang paling penting di dalam minyak cengkeh dan jumlahnya dapat mencapai 83-95%. Eugenol bersifat mudah menguap, tidak berwarna atau berwarna agak kuning dan mempunyai rasa getir (Guenther, 1990).

Eugenol dapat diisolasi dari minyak dengan menambahkan NaOH atau KOH 3%, sehingga menghasilkan natrium atau kalium eugenolat (Anonim, 2006). Gambar di bawah ini menggambarkan reaksi antara eugenol dan penambahan NaOH, sehingga menghasilkan natrium eugenolat (Gambar 2).


Eugenol digunakan sebagai bahan baku parfum, pemberi flavor, dan dalam bidang pengobatan sebagai antiseptik dan anestesi. Eugenol juga digunakan pada pembuatan isoeugenol untuk memproduksi vanilin sintetis. Saat ini, kebanyakan vanilin sintetis dibuat dari fenol atau dari lignin (Anonim, 2002).



b.Eugenol asetat [CH3CH=CHC6H3(OCH3)COOCH3]

Eugenol asetat terdapat juga pada minyak gagang cengkeh, tetapi dalam jumlah yang sangat kecil. Eugenol asetat dapat dibuat dari eugenol dengan cara asetilasi eugenol, menggunakan asetat anhidrit.

c.Kariofilen (Caryophyllene) C15H24

Di dalam minyak cengkeh terdapat alpha dan betha kariofilen dengan jumlah 5-12%. Kariofilen dapat dipisahkan dari minyak dengan menambahkan larutan soda 70%, kemudian diekstraksi dengan ester. Selanjutnya, diuapkan di atas penagas air.



d.Metil n-amil keton

Senyawa dalam minyak daun cengkeh yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit, dan merupakan senyawa yang menimbulkan bau khas minyak daun cengkeh.

2.2.2. Mutu Minyak Cengkeh (Clove Steam Oil)
Mutu minyak cengkeh, ditentukan oleh kadar eugenol. Kadar eugenol dalam minyak gagang cengkeh ditentukan oleh kondisi gagang sebelum disuling (dirajang atau tanpa rajang) dan metode penyulingan (Ketaren, 1985).Di Indonesia belum ada suatu standar mutu yang pasti untuk minyak gagang cengkeh. Di bawah ini Tabel standar mutu dari minyak gagang cengkeh menurut Essensial Oil Association of USA (EOA).

Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak sangat ditentukan oleh sifat dan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya. Sifat fisik seperti bobot jenis, indeks bias, putaran optik, dan kelarutan dalam etanol 70% dapat dijadikan kriteria untuk menentukan kemurnian minyak

Apabila bobot jenis, indeks bias, dan putaran optik menunjukkan angka yang tertinggi, kemungkinan minyak cengkeh tersebut mengandung bahan-bahan lain seperti mineral dan lemak. Apabila sifat itu menunjukkan angka yang rendah, maka kemungkinan minyak tersebut mempunyai kadar eugenol yang rendah (Rusli dkk., 1979).


Manfaat
Minyak cengkeh ternyata punya khasiat yang cukup besar dan merupakan baku industri farmasi dan pestisida nabati. Hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (BALITTRO) menunjukan bahwa, minyak cengkeh juga dapat dipakai sebagai bahan baku pembuatan balsam yang dapat menghilangkan rasa sakit, terutama reumatik. Di samping itu dapat digunakan juga sebagai obat kumur dan permen.Bukan itu saja, hasil penelitian BALITTRO juga menunjukkan eugenol yang terdapat dalam minyak cengkeh ternyata dapat mengendalikan jamur patogen pada tanaman. Contohnya, jamur Fusarium oxysporum yang menyebabkan penyakit busuk batang pada tanaman vanili dan jamur tular tanah yang umumnya menjadi penghambat produksi tanaman hortikultura dan perkebunan.
 



Alat                                :   -  Pipet Volum 10 ml
                                          -   Gelas Ukur
                                          -   Waterbath
                                          -   Labu Cassia
                                          -   Pengaduk
                                          -   Pipet Tetes

Bahan                             :   -   Contoh ( Minyak Cengkeh )
                                          -   Larutan NaOH 1 N
Cara Kerja                       :

Dipipet teliti contoh 10 ml ke dalam labu Cassia.
Ditambahkan 35 ml NaOH 1 N.
Dihomogenkan selama 5 menit.
Setelah itu dipanaskan di atas penangas air selama 10 menit.
Ditambahkan NaOH 1 N hingga lapisan eugenol berada di dala skala labu cassia.
Didiamkan semalaman dan dicatat volume eugenolnya.







Pengamatan                 :


Volume sampel  : 10 ml

Volume terpen    : 8 ml


Perhitungan                  :
                          

Kadar eugenol  =  ml (sampel-terpen) x 100%
                                      ml sampel
                        = (10-8) ml x 100%
                                     10 ml
                        =  20 %

                            

                      

Kesimpulan                :

                Dari hasil pengamatan dan perhitungan dapat disimpulkan dapat disimpulkan bahwa kadar eugenol dalam sampel minyak cengkeh adalah 20 %


Daftar pustaka          :

http://rafizanisafahmi.blogspot.com/2011/01/makalah-kimia-analitik-2.html