Kadar Karbohidrat
Laporan Lengkap
NIS : 114652
Kelas : III C
Kelompok : C1.3
Tanggal Mulai : 04 November 2013
Tanggal Selesai : 04 November 2013
Judul Penetapan : Kadar Karbohidrat dalam Sample Mie
Tujuan Penetapan : Untuk mengetahui kadar karbohidrat dalam sample mie.
Dasar Prinsip : Prinsip kerja cara ini adalah hidrolisis pati oleh asam menjadi
gula pereduksi. Pada penetapan cara Luff, dipakai pereduksi garam Cu
kompleks, dimana glukosa yang bersifat pereduksi akan mereduksi
Cu2+ menjadi Cu+ atau CuO direduksi menjadi Cu2O yang berwarna
merah bata. Kemudian kelebihan CuO ditetapkan dengam cara iodometri.
Dengan menetapkan blanko, maka volume (ml) tio yang dibutuhkan
untuk menitar kelebihan Cu2+ dapat diketahui. Selisih volume tio
blanko-sample setara dengam jumlah mg glukosa yang terdapat dalam sampel.
Reaksi :
(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6
C6H12O6 + 2CuO Cu2O + C5H11O5 + COOH
sisa CuO + 2KI + H2SO4 CuI2 + K2SO4 + H2O
CuI2 Cu2I2 + I2
I2 + Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6
Landasan Teori :
Karbohidrat
secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari
molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan
hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Dalam tumbuhan senyawa
ini dibentuk melaui proses fotosintesis antara air (H2O) dengan
karbondioksida (CO2) dengan bantuan sinra matahari (UV) menghasilkan
senyawa sakarida dengan rumus (CH2O)n.
Ada
banyak fungsi dari karbohidrat dalam penerapannya di industri pangan,
farmasi maupun dalam kehidupan manusia sehari-hari. Diantara fungsi dan
kegunaan itu ialah sebagai sumber kalori atau energi, sebagai bahan
pemanis dan pengawet, sebagai bahan pengisi dan pembentuk, sebagai bahan
penstabil, sebagai sumber flavor (karamel), dan sebagai sumber serat
bagi makhluk hidup.
Karbohidrat
adalah sumber energi utama bagi tubuh manusia. Manusia memenuhi
kebutuhan karbohidrat setiap harinya dari makanan pokok yang dikonsumsi,
seperti dari beras, jagung, sagu, ubi, dan lain sebagainya. Akan tetapi
bukan berarti karbohidrat hanya terdapat pada golongan bahan makanan
yang telah disebutkan di atas, pada golongan buah dan beberapa jenis
sayur dan kacang- kacangan juga terdapat kandungan karbohidrat meskipun
kandungannya tidak sebanyak golongan serealia dan umbi (Apriyanto, 1999).
Karbohidrat
dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan
karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu
karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan
oligosakarida, polimer. Untuk dapat mengetahui kandungan karbohidrat
dalam suatu bahan makanan dapat dilakukan berbagai macam uji
kuantitatif. Pada praktikum kali ini metode analisa kuantitatif
karbohidrat yang dilakukan adalah metode Luff Schoorl.
Karbohidrat
secara sederhana dapat diartikan suatu senyawa yang terdiri dari
molekul-molekul karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) atau karbon dan
hidrat (H2O) sehingga dinamakan karbo-hidrat. Karbohidrat dapat
digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan
karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu
karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan
oligosakarida, polimer. Karbohidrat yang terasuk ke dalam kelompok yang
dapat dicerna adalah glukosa, fruktosa, laktosa, maltosa dan pati.
Pati
atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air,
berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama
yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa
(sebagai produk fotosintesis) dalam jangka panjang. Hewan dan manusia
juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.
Gula
reduksi adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini
dikarenakan adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang
mengoksidasi atau bersifat reduktor adalah logam-logam oksidator seperti
Cu (II). Contoh gula yang termasuk gula reduksi adalah glukosa, manosa,
fruktosa, laktosa, maltosa, dan lain-lain. monosakarida yang mempunyai
kemampuan untuk mereduksi suatu senyawa. Sifat pereduksi dari suatu gula
ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang reaktif.
Prinsip analisanya berdasarkan pada monosakarida yang memiliki kemampuan
untuk mereduksi suatu senyawa. Adanya polimerisasi monosakarida
mempengaruhi sifat mereduksinya.
Pada
praktikum kali ini dilakukan penetapan karboohidrat melalui penetapan
kadar gula reduksi dengan metode Penentuan gula reduksi dengan metode
Luff-Schoorl ditentukan bukan kuprooksidanya yang mengendap tetapi
dengan menentukan kuprooksida dalam larutan sebelum direaksikan dengan
gula reduksi sesudah reaksi dengan sample gula reduksi yang dititrasi
dengan Na-Thiosulfat. Selisihnya merupaka kadar gula reduksi. Reaksi
yang terjadi selama penentuan karbohidrat dengan cara Luff-Schoorl
adalah mula-mula kuprooksida yang ada dalam reagen akan membebaskan Iod
dari garam KI. Banyaknya iod dapat diketahui dengan titrasi menggunakan
Na-Thiosulfat. Untuk mengetahui bahwa titrasi sudah cukup maka
diperlukan indicator amilum. Apabila larutan berubah warna dari biru
menjadi putih berarti titrasi sudah selesai. Selisih banyaknya titrasi
blanko dan sample dan setelah disesuaikan dengan tabel yang
menggambarkan hubungan banyaknya Na-Thiosulfat dengan banyaknya gula
reduksi (Khopkar, 1999).
Karbohidrat
dapat digolongan menjadi dua macam yaitu karbohidrat sederhana dengan
karbohidrat kompleks atau dapat pula menjadi tiga macam, yaitu
monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Gula adalah suatu
karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan merupakan
oligosakarida, polimer. Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan
Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih,
sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan
larutan Na2S2O3.
Pada
dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena
kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan
kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium
(I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal
H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam
penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut
tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan
banyaknya oksidator (Rivai, 2005).
Metode
Luff Schoorl ini baik digunakan untuk menentukan kadar karbohidrat yang
berukuran sedang. Dalam penelitian M.Verhaart dinyatakan bahwa metode
Luff Schoorl merupakan metode tebaik untuk mengukur kadar karbohidrat
dengan tingkat kesalahan sebesar 10%. Pada metode Luff Schoorl terdapat
dua cara pengukuran yaitu dengan penentuan Cu tereduksi dengan I2 dan
menggunakan prosedur Lae-Eynon.
Inversi
sukrosa menghasilkan gula invert atau gula reduksi (glukosa dan
fruktosa). Gula invert akan mengkatalisis proses inversi sehingga
kehilangan gula akan berjalan dengan cepat. Menurut Parker (1987) dkk.
Dalam kuswurj (2008) laju inersi sukrosa akan semakin besar pada kondisi
pH rendah dan temperatur tinggi dan berkurang pada pH tinggi (pH 7) dan
temperatur rendah. Laju inversi yang paling cepat adalah pada kondisi
pH asam (pH 5).
Penentuan
kadar glukosa dilakukan dengan cara menganalisis sampel melalui
pendekatan proksimat. Terdapat beberapa jenis metode yang dapat
dilakukan untuk menentukan kadar gula dalam suatu sampel. Salah satu
metode yang paling mudah pelaksanaannya dan tidak memerlukan biaya mahal
adalah metode Luff Schoorl. Metode Luff Schoorl merupakan metode yang
digunakan untuk menentukan kandungan gula dalam sampel.
Metode
ini didasarkan pada pengurangan ion tembaga (II) di media alkaline oleh
gula dan kemudian kembali menjadi sisa tembaga. Ion tembaga (II) yang
diperoleh dari tembaga (II) sulfat dengan sodium karbonat di sisa
alkaline pH 9,3-9,4 dapat ditetapkan dengan metode ini. Pembentukan
(II)-hidroksin dalam alkaline dimaksudkan untuk menghindari asam sitrun
dengan penambahan kompleksierungsmittel. Hasilnya, ion tembaga (II) akan
larut menjadi tembaga (I) iodide berkurang dan juga oksidasi iod
menjadi yodium. Hasil akhirnya didapatkan yodium dari hasil titrasi
dengan sodium hidroksida (Rivai, 2005).
Gula
pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat
ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan
merah bata (Cu2O). selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi
juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens (Apriyanto et al 1989).
Penentuan gula pereduksi selama ini dilakukan dengan metode pengukuran
konvensional seperti metode osmometri, polarimetri, dan refraktrometri
maupun berdasarkan reaksi gugus fungsional dari senyawa sakarida
tersebut (seperti metode Luff-Schoorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan
lain-lain).
Hasil
analisisnya adalah kadar gula pereduksi total dan tidak dapat
menentukan gula pereduksi secara individual. Untuk menganalisis kadar
masing-masing dari gula pereduksi penyusun madu dapat dilakukan dengan
menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCTK). Metode ini
mempunyai beberapa keuntungan antara lain dapat digunakan pada senyawa
dengan bobot molekul besar dan dapat dipakai untuk senyawa yang tidak
tahan panas.
Pengukuran
karbohidrat yang merupakan gula pereduksi dengan metode Luff Schoorl
ini didasarkan pada reaksi antara monosakarida dengan larutan cupper.
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O.
Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan
I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada
dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena
kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan
kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium
(I2) bebas dalam larutan. Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal
H2SO4) dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam
penambahan ion iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut
tereduksi dan membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan
banyaknya oksidator (Underwood, 1996).
Monosakarida akan mereduksikan CuO dalam larutan Luff menjadi Cu2O. Kelebihan CuO akan direduksikan dengan KI berlebih, sehingga dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Pada dasarnya prinsip metode analisa yang digunakan adalah Iodometri karena kita akan menganalisa I2 yang bebas untuk dijadikan dasar penetapan kadar. Dimana proses iodometri adalah proses titrasi terhadap iodium (I2) bebas dalam larutan.
Apabila terdapat zat oksidator kuat (misal H2SO4)
dalam larutannya yang bersifat netral atau sedikit asam penambahan ion
iodida berlebih akan membuat zat oksidator tersebut tereduksi dan
membebaskan I2 yang setara jumlahnya dengan dengan banyaknya oksidator. I2 bebas ini selanjutnya akan dititrasi dengan larutan standar Na2S2O3 sehinga I2akan
membentuk kompleks iod-amilum yang tidak larut dalam air. Oleh karena
itu, jika dalam suatu titrasi membutuhkan indikator amilum, maka
penambahan amilum sebelum titik ekivalen.
Gugus
hidroksil yang relative pada glukosa terletak pada C-1 sedangkan
fruktosa pada C-2. Sakarosa tidak mempunyai gugus –OH bebas yang
relative,karena keduanya saling terikat, sedangkan laktosa mempunyai OH
bebas atom C-1 pada gugus glukosanya, sehingga laktosa bersifat
pereduksi sedangkan sakarosa nonpereduksi. Inversi sakarosa terjadi dalm
suasana asam,gula inverse ini tidak dapat berbentuk Kristal karena
kelarutan fruktosa dan glukosa (Poedjiadi, 2007).
Alat dan Bahan :
Alat : - Erlenmeyer
- Pipet volum 25 ml
- Pendingin tegak
- Hot plate
- Labu ukur 250 ml
- Pipet tetes
- Kertas saring
- Pipet volume 10 ml
- Buret
- Pipet tetes
- Corong
Bahan : - Sampel mi instan
- HCl 3%
- NaOH 3,25%
- Indikator PP
- Aquadest
- Luff
- KI 30%
- H2SO4 25%
- Tio 0,1 N
- Indikator kanji
Cara Kerja :
- Ditimbang sampel sebanyak 3,0069 gram ke dalam erlenmeyer
- Ditambahkan 25 ml HCl 3 %
- Dididihkan selama 1,5 jam dengan pendingin tegak
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml
- Dinetralkan dengan NaOH 3,25 % (indikator PP)
- Dihimpitkan hingga 250 ml
- Disaring, lalu diambil filtratnya
- Dipipet sebanyak 10 ml (filtrat) ke dalam erlenmeyer asah
- Ditambahkan 25 ml Luff dan 15 ml H2O
- Dididihkan selama 10 menit dengan pendingin tegak lalu didinginkan
- Ditambahkan KI 30% sebanyak 10 ml dan 25 ml H2SO4 25%
- Dititrasi dengan tio 0,1 N terstandarisasi dengan indikator kanji
- Dibandingkan terhadap blanko
Pengamatan :
- Bobot sample = 3,0111 g = 3011,1 mg
- Volume Penitar Blanko = 22,90 ml
- Volume Penitar Sample = 13,5 ml
- N Tio = 0,0922 N
Perhitungan :
I. Vt = Vt blanko - Vt sample
= 22,90 ml - 13,5 ml
= 9,4 ml
II. Konversi mg glukosa menurut luff / ml dalam 0,1000 N tio
9,4 ml = 9 ml = 22,4 mg
0,4 ml = 0,4 x 2,6 mg = 1,04 mg
22,4 mg + 1,04 mg = 23,44 mg
= 23,44mg x 0,0922
0,1
Kesimpulan :
Dari hasil perhitungan dapat di simpulkan bahwa kadar karbohidrat dalam sample mie adalah 17,94 %
Daftar Pustaka :
http://indhpsari.blogspot.com/2013/06/analisa-karbohidrat-glukosa-metode-luff.html
Dari hasil perhitungan dapat di simpulkan bahwa kadar karbohidrat dalam sample mie adalah 17,94 %
Daftar Pustaka :
http://indhpsari.blogspot.com/2013/06/analisa-karbohidrat-glukosa-metode-luff.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar